Minggu, 30 Maret 2014

Keanekaragaman Hayati


BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Di lingkungan sekitar kita, banyak kita jumpai berbagai jenis makhluk hidup. Setiap makhluk hidup memiliki perbedaan yang dapat membedakan makhluk hidup tersebut dengan makhluk hidup yang lain. Perbedaan makhluk hidup pun beragam misalnya perbedaan bentuk tubuh, cara beradaptasi, cara berkembang biak, cara memperoleh makanan dan tempat hidup setiap makhluk hidup pun berbeda. Berbagai perbedaan ini menciptakan suatu keanekaragaman makhluk hidup yang disebut juga keanekaragaman hayati atau biodiversitas.
Keanekaragaman hayati dapat terjadi pada semua makhluk hidup atau organisme dalam berbagai tingkat kehidupan, mulai dari organisme tingkat rendah sampai organisme tingkat tinggi. Tidak  hanya memiliki perbedaan, setiap makhluk hidup juga memiliki persamaan yang disebut juga keseragaman. Dari keseragaman inilah dapat diciptakan suatu pengelompokan makhluk hidup atau klasifikasi oleh para ahli. Dengan adanya klasifikasi ini memudahkan kita dalam pembelajaran dan penelitian mengenai keanekaragaman.
Indonesia termasuk negara yang memiliki keanekaragaman yang tinggi. Wilayah Indonesia hanya mencakup 1,3 % permukaan bumi, tetapi di dalamnya terkandung salah satu keanekaragaman hayati yang paling tinggi di dunia yaitu 10 % dari semua tumbuhan berbunga, 12% dari jenis mamalia, 16 % dari jenis reptilia dan amfibi, 17% dari jenis burung dan seperempat jenis ikan air tawar dan air laut. Kekayaan hayati yang sangat tinggi ini bukan hanya sebuah warisan alam yang kita miliki, tetapi juga sebagai sistem pendukung kehidupan kesejahteraan masyarakat Indonesia.






1.2 Rumusan Masalah
a.       Bagaimana sejarah klasifikasi organisme?
b.      Bagaimana keanekaragaman hayati di alam secara umum dan di Indonesia?
c.       Bagaimana prinsip-prinsip klasifikasi organisme?
d.      Apa yang dimaksud keanekaragaman tingkat sel, organisme dan ekosistem?
e.       Bagaimana contoh klasifikasi tumbuhan dan hewan?
1.3 Tujuan Penulisan
a.       Menjelaskan sejarah klasifikasi organisme.
b.      Menjelaskan keanekaragaman hayati di alam secara umum dan di Indonesia.
c.       Menjelaskan prinsip-prinsip klasifikasi organisme.
d.      Menjelaskan keanekaragaman tingkat sel, organisme dan  ekosistem.
e.       Memberikan contoh klasifikasi tumbuhan dan hewan.
1.4 Metode Penulisan
            Metode penulisan yang kami gunakan dalam mencari data untuk pembuatan makalah ini adalah dengan cara mengumpulkan data dan materi dari bahan ajar, buku-buku dan internet.














BAB II
KEANEKARAGAMAN HAYATI
2.1 Sejarah Klasifikasi
1. Aristoteles
      Pada tahun 384 SM mengelompokkan makhluk hidup menjadi dua kelompok, yaitu tumbuhan dan hewan.Tumbuhan dikelompokkan menjadi herba, semak, dan pohon.Sedangkan hewan digolongkan menjadi hewan berdarah dan hewan tidak berdarah. (Nurhayati nunung, dkk  2012 : 177)
2. John Ray
      Pada tahun 1627 John Ray mengelompokkan makhluk hidup menjadi kelompok – kelompok kecil dan memperkenalkan konsep  tentang spesies. (Nurhayati nunung, dkk,2012  : 177)
3. Carulos Linnaeus (Sistem Klasifikasi Dua Kingdom)
      Pada abad ke- 18 tepatnya pada tahun 1735 Carolus Linnaeus mengelompokan mahluk hidup berdasarkan kesamaan struktur ke dalam takson-takson dan memperkenalkan sistem tata nama makhluk hidup. Menurut sistem ini klasifikasi dimulai dengan dua “kerajaan” atau kingdom yaitu Animalia dan Plantae. Kerajaan dibagi ke dalam kelas dan masing-masing kelas terbagi dalam ordo, yang dibagi dalam Genera ( bentuk tunggal atau genus) yang dibagi dalam spesies. ( Nurhayati,Nunung,dkk, 2012 : 177)
4. Ernest Heackel dan Hoog ( Sistem Klasifikasi Tiga Kingdom)
        Ketika makhluk hidup bersel satu ditemukan, temuan baru ini dipecah ke dalam dua kerajaan yangdapat bergerak ke dalam filum Protozoa, sementara alga dan bakteri ke dalam divisi Thallophyta atauProtophyta.Namun ada beberapa makhluk yang dimasukkan ke dalam filum dan divisi, seperti alga yang dapat bergerak,Euglena, dan jamur lendir yang mirip amuba. Karena dasar inilah, Ernest Haeckel pada tahun 1866 menyarankan adanya kerajaan ketiga, yaitu Protista untuk menampung makhluk hidup yang tidak memiliki ciri klasifikasi yang jelas. Protista adalah organisme yang memiliki sifat-sifat tumbuhan dan hewan sekaligus. (Nurhayati nunung, dkk,2012  : 178)
5. Herbet Copeland  (Sistem Klasifikasi Empat Kingdom)
Pada tahun 1938  Copeland  mengelompokkan organisme dalam empat kingdom. Copeland membagi menjadi empat Kingdom yaitu Monera, Protista, Plantae dan Animalia.Monera adalah organisme yang belum memiliki membran inti dan membran organel sel atau bersifat prokariotik.Berbeda denganProtista/Protoctista yang bersifat Eukariotik.Plantae adalah tumbuhan yang mengalami masa perkembangan embrio, begitu juga Animalia adalah kelompok hewan yang mengalami masa perkembangan embrio dalam siklus hidupnya.  (Nurhayati nunung, dkk, 2012 : 178)
6. R.H. Whittaker  (Sistem Klasifikasi Lima Kingdom)
        Pada tahun 1969 R.H. Whittaker mengelompokkan organisme dalam lima kingdom. R.H. Whittaker menggolongkan makhluk hidup menjadi Animalia, Plantae, Fungi, Protista dan Monera.Ciri-ciri pada sistem lima kingdom sebagai berikut :
·                  Kingdom Monera : Prokariot, Autotrof dan Heterotrof, Uniseluler dan Multiseluler.
·                  Kingdom Protista : Eukariot, Autotrof  dan Heterotrof, Uniseluler dan Multiseluler. 
·                  Kingdom Fungi : Eukariot, Heterotrof, Uniseluler dan Multiseluler.
·                  Kingdom Plantae : Eukariot, Autotrof, Multiseluler.
·                  Kingdom Animalia : Eukariot, Heterotrof, Multiseluler.
(Nurhayati nunung, dkk, 2012 : 178)
7. Carl Woese  (Sistem Klasifikasi Enam Kingdom)
        Pada tahun 1977 Carl Woese mengelompokkan makhluk hidup menjadi enam kingdom, Carl Woese membagi monera menjadi dua kingdom yaitu Archabacteria dan Eubacteria sehingga terdapat enam kingdom.Pada tahun 1990, Carl Woese dan rekan – rakannya kembali mengusulkan sistem pengelompokkan makhluk hidup menjadi tiga domain yaitu Bacteria (dari Eubacteria), Archaea (dari Archabacteria), dan Eukarya (didalamnya termasuk Protista, Fungi, Plantae, dan Animalia). (Nurhayati nunung, dkk, 2012 : 179)

2.2 Keanekaragaman Hayati di Alam Secara Umum dan Di Indonesia
      Keanekaragaman hayati tidak merata, melainkan sangat bervariasi di seluruh dunia maupun dalam daerah. Indonesia merupakan negara nomor tiga di dunia yang memiliki tingkat keanekaragaman hayati paling tinggi setelah Brazil dan Zaire.(Haru Suandharu, 2011: 226).
      Secara Geografis Indonesia terletak pada pertemuan sirkum pasifik dan sirkum mediterania. Akibatnya, Indonesia memiliki banyak gunung api sehingga tanahnya menjadi sangat subur.Berdasarkan letak astronomi Indonesia terletak di daerah beriklim tropis yaitu terletak pada 6°LU-11°LS dan 95°-141°BT. Letaknya yang strategis menyebabkan Indonesia memiliki jenis hewan dan tumbuhan yang sangat bervariasi sehingga menjadi salah satu negara megabiodiversitas. (Suharno,dkk,2007 :117).

Ciri-ciri keanekaragaman hayati di Indonesia
1.      Memiliki fauna tipe Oriental, Australia dan Peralihaan
Gambar 1.1 persebaran fauna di Indonesia
Sumber: Indonesia Haritage, garis Wallace dan weber
a.       Fauna tipe Oriental
Hewan-hewan di Indonesia bagian barat meliputi daerah Sumatera, Jawa dan Kalimantan memiliki fauna khas yaitu gajah, banteng, harimau, badak, bekantan, , beruang madu, tapir,rusa, babi hutan, orangutan, dan berbagai jenis burung berkicau (jalak, perkutut, kutilang).(Nurhayati Nunung , dkk, 2012: 188).
                        Banteng                        Gajah Sumatera                 Orang Utan
                     Gambar 1.2 jenis-jenis fauna di kawasan Indonesia Barat
                        Sumber: Indonesia Heritage, Margasatwa.

b.      Fauna tipe Australia
Hewan-hewan di Indonesia bagian Timur yaitu Irian, Maluku, Sulawesi, dan Nusa Tenggara memiliki fauna khas yaitu kanguru, kuskus, koala, kakatua, kasuari dan cendrawasih.( Nurhayati Nunung, dkk, 2012;188).

                   Kanguru                     Kakatua                      Koala
                   Gambar 1.3 jenis-jenis fauna di kawasan Indonesia timur
                     Sumber: Indonesia Heritage, Margasatwa


c.       Fauna tipe Peralihan
Terletak antara garis Wallace dan garis Weber. Daerahnya meliputi pulau Sulawesi, Nusa Tenggara (P.Lombok, P.Sumbawa, P.Sumba, P.Flores, P.Timor) dan pulau-pulau di sekitarnya. Terdapat hewan-hewan endemik yang tidak terdapat di kawasan Indonesia barat dan timur. Misalnya di Sulawesi terdapat babi rusa (Babyrousa), anoa (Bubalus depressicornis) dan komodo (Varanus komodoensis).(Nurhayati Nunung, dkk, 2012: 189).

            Babi rusa                              Anoa                      Komodo      
            Gambar 1.4 jenis-jenis fauna daerah peralihan
                          Sumber: Indonesia Heritage, Margasatwa

2.      Memiliki flora tipe Malesiana
Kawasan Malesiana meliputi Indonesia, Malaysia, Filipina, Papua Nugini dan Solomon. Flora khas Malesiana antara lain kayu cendana, anggrek, meranti, keruing, ramin, kamper, rotan dan mahoni.(Suharno,dkk,2007: 120).

                        Pohon Kamper                                   Pohon Ramin
Gambar 1.5 fauna malesiana
Sumber: Indonesia Haritage, flora malesiana
3.      Memiliki flora dan fauna endemik
Gambar 1.6 Flora dan Fauna Endemik Di Indonesia
       Sumber: Indonesia Haritage, flora dan fauna endemik Indonesia
4.      Memiliki flora dan fauna langka
Flora langka yang terancam punah yaitu Rafflesia arnoldii, matoa, pohon cendana dan gandaria. Fauna langka yang terancam punah yaitu badak bercula satu, badak Sumatera, orang utan, bekantan, kakatua raja, kasuari..(Nurhayati,Nunung  dkk, 2012:189).
                            Gandaria                                             Cendana
                         
                   Kasuari                       Kakatua Raja                       Bekantan
Gambar 1.7 fauna dan flora langka di Indonesia

2.3 Prinsip-PrinsipKlasifikasiOrganisme
Klasifikasi adalah metode menata organisme ke dalam kelompok berdasarkan pada kemiripan struktur yang menunjukkan dekatnya kekerabatan antara organisme tersebut dan juga menunjukkan evolusinya. (Gem, Collins. 1999 : 33)
Tujuan Klasifikasi :
a.       Mengelompokkan makhluk hidup berdasarkan persamaan ciri-ciri yang dimiliki;
b.      Mendeskripsikan ciri-ciri suatu jenis makhluk hidup untuk membedakannya dengan makhluk hidup dari jenis yang lain;
c.       Mengetahui hubungan kekerabatan antar makhluk hidup;
d.      Memberi nama makhluk hidup yang belum diketahui namanya.
(Noorhidayati. 2010 : 64)

1.    Tahapan dalam Klasifikasi
Untuk mengklasifikasikan makhluk hidup harus melalui serangkaian tahapan. Tahapan tersebut antara lain sebagai berikut.
a.       Identifikasi
Identification is the process of deciding whether or not two things are, in your opinion, the same. This is the basic principle of all classification and, by means of it, as we shall see, our systems of classification are built up.
Identifikasi adalah proses untuk menentukan apakah dua hal yang menurut pendapat anda sama atau tidak. Ini adalah prinsip dasar dari semua klasifikasi, menggunakan itu kita dapat melihat sistem klasifikasi kita akan terbentuk. (Jaffrey, C. 1982 : 13).
b.      Tatanama
Tatanama merupakan salah satu kegiatan di dalam taksonomi. Kegiatan ini mengenai penentuan nama yang benar bagi takson yang telah atau harus diketahui.
Nama ilmiah dalam klasifikasi mempunyai ketentuan, antara lain :
1.      Menggunakan bahasa Latin (bahasa yang dilatinkan)
2.      Menggunakan sistem binominal nomenklatur (sistem binary), yaitu kata 1 menunjukkan genus, kata ke-2 sebagai petunjuk jenis (epitheton specificum). Ephitheon spesificum dapat berasal dari nama lokasi, sifat, nama orang. (Wijayani, Suprih. 2013 : 131, 133)
c.       Tingkat Taksonomi
Tingkat taksonomi disebut juga tingkat pengelompokan. Tingkatan ini disusun oleh kelompok (takson) yang paling umum sampai yang paling khusus, dengan urutan tingkatan sebagai berikut :
Hewan
Tumbuhan
Kingdom
Regnum (kingdom)
Phylum
Divisio (division)
Class
Classis (class)
Order
Ordo (order)
Family
Familia (family)
Genus
Genus (genus)
Species
Species (species)

(Noorhidayati. 2010 : 64)
(Campbell, Neil A. dkk. 2009 : 537).
(Jaffrey, C. 1982 : 52, 53).

2.    Sistem Klasifikasi
Berdasarkan dasar atau kriteria yang digunakan, sistem klasifikasi dapat dibedakan menjadi 3 macam, yaitu :
1.      Sistem Klasifikasi Alamiah
Perintis sistem klasifikasi ini adalah Michael Adamson dan Jean Baptise de Lamarck. Sistem klasifikasi ini mengelompokkan makhluk hidup dengan membentuk takson-takson yang alami. Artinya, anggota-anggota yang membentuk unit takson terjadi secara alamiah atau sewajarnya seperti yang dikehendaki oleh alam. Dasar yang digunakan adalah persamaan morfologi.
2.      Sistem Klasifikasi Buatan (Artifisial)
Sistem klasifikasi artifisial mengelompokkan makhluk hidup berdasarkan ciri morfologi, anatomi, dan fisiologi. Tumbuhan di bedakan menjadi empat kelompok, yaitu herba, semak rendah, semak, dan pepohonan yang dikemukakan oleh murid Aristoteles yang bernama Theophratusdalam bukunya yang berjudul Historia Plantarum.
3.      Sistem Klasifikasi Filogenik
Sistem klasifikasi Filogenik mengelompokkan makhluk hidup berdasarkan sejarah evolusi ( hubungan kekerabatan).
(Noorhidayati, 2010 : 63, 64)

Klasifikasi Mahluk Hidup
Monera
Protista
Monera adalah contoh prokariota. Bakteria dan arkhae merupakan dua cabang utama evolusi prokariota. Prokariota merupakan organisme yang paling mudah berkembang biak dan memperbanyak populasinya. Prokariota dapat bertahan hidup di habibat yang terlalu panas, terlalu dingin, terlalu asin, terlalu asam, ataupun terlalu basa untuk eokariota apapun.
(Campbell,dkk,2003 : 105 )
Protista adalah eukariota yang paling beraneka ragam. Protista bersifat eukariotik, bahkan protista yang paling sedehana sekalipun jauh lebih kompleks dibangdingkan dengan prokariota. ( Campbell,dkk, 2003 : 125)

Tumbuhan Tingkat Tinggi
Tumbuhan Tingkat Rendah
Contohnya adalah Angiospermae (Tumbuhan berbunga) dan Gimnospermae. Pada tumbuhan berbiji, biji menggantikan spora sebagai cara utama penyebaran keturunan. Gimnospermae memilik empat divisi yaitu sikad, ginkgo, gnetofit, dan konifer.
( Campbell,dkk,2003: 182)
Contohnya adalah briophyta. Tiga divisi briophyta adalah lumut daun (moss), lumut hati ( liver wort), dan lumut tanduk ( horn wort).
( Campbell,dkk,2003: 160)

Invertebrata
Vertebrata
Invertebrata adalah hewan yang tidak bertulang belakang. Contoh filumnya adalah filum porifera, cnidaria, dan Mollusca.
( Campbell,dkk,2003: 213)
 Pial neural (neural crest), sefalisasi ( chepalization) yang nyata, tulang punggung, dan sistem sirkulasi tertutup merupakan karakteristik khas Subfilum Vertebrata. Contohnya : Ikan (Pisces). (Campbell,dkk,2003 : 250)



2.4 Jenis-jenisKeanekaragamanHayati
Keanekaragaman hayati dapat terjadi dalam berbagai tingkat kehidupan, mulai dari organisasi tingkat rendah sampai organisme tingkat tinggi.Misalnya dari makhluk bersel satu hingga bersel banyak, dan tingkat organisasi kehidupan individu sampai tingkat interaksi kompleks, misalnya dari spesies sampai ekosistem.
   1.  Keanekaragaman Gen
Gen adalah faktor pembawa sifat keturunan. Gen-gen membentuk molekul rantai ganda terpilin yang disebut DNA. Susunan gen (genotif) akan mengekspresikan sifat individu (fenotif). Genotip merupakan sifat yang tidak tampak dan terdiri atas susunan gen.Fenotip merupakan sifat yang tampak dari luar dan merupakan interaksi antara faktor genetik dengan faktor lingkungan.
Keanekaragaman jenis dan jumlah gen yang dimiliki setiap individu makhluk hidup merupakan bahan mentah yang dapat dibudidayakan menjadi bibit unggul.bahan mentah bibit unggul ini disebut plasma nutfah,Plasma nutfah (germ plasm) pertama kali dikemukakan oleh A.Weismann untuk menjelaskan ide tentang diwariskannya protoplasma. Plasma nutfah merupakan sumber pembawa sifat yang terdapat dalam sel reproduksi atau gamet, dari satu generasi ke generasi berikutnya. Istilah plasma nutfah mengacu pada sel hewan atau tumbuhan yang dapat ditumbuhkan menjadi generasi baru, seperti koleksi berbagai biji, umbi-umbian, dan polong-polongan dalam bank gen.(Suharno,dkk, 2007 : 114)
2  .Keanekaragaman Jenis (spesies)
Keanekaragaman hayati tingkat jenis memperlihatkan adanya variasi bentuk,penampilan,jumlah,sifat lain antar satu jenis(spesies)dengan jenis lain.variasi dalam spesies bersifat menurun. Dengan demikian, variasi dalam spesies dapat terjadi karena faktor keturunan atau genetika serta interaksinya terhadap lingkungan tempat tinggalnya.Variasi pada tingkat jenis mudah diamati karena perbedaannya yang mencolok.
Variasi pada tingkat jenis disebabkan jumlah, bentuk, dan susunan kromosom (tempat terdapatnya gen) berbeda, faktor lingkungan, hibridisasi, dan mutasi kromosom. (Suharno,dkk, 2007 : 114)
   3.  Keanekaragaman Ekosistem
Ekosistem adalah komunitas organik yang terdiri atas tumbuhan, hewan, dan mikroorganisme bersama lingkungan fisik dan kimia tempat hidup atau habitatnya.Faktor fisik dan kimia disebut komponen abiotik. Komponen organik yang terdiri atas berbagai individu makhluk hidup, baik hewan, tumbuhan, dan mikroorganisme disebut komponen biotik. Sebagai suatu sistem, komponen ekosistem (biotik dan abiotik) merupakan suatu kesatuan yang di dalamnya terjadi proses pengambilan dan perpindahan energi (energetika), daur materi, dan produktivitas.
Keanekaragaman ekosistem memperlihatkan adanya berbagai individu makhluk hidup yang memiliki kemampuan interaksi berbeda-beda terhadap lingkungannya sehingga membentuk ekosistem yang berbeda beda bagi tiap-tiap individu tersebut. Keanekaragaman ekosistem terdapat di Indonesia karena Indonesia memiliki berbagai spesies tumbuhan dan hewan. (Suharno,dkk, 2007 : 114)
2.5 Klasifikasi Hewan dan Tumbuhan

Contoh klasifikasi hewan dan tumbuhan :
Hewan : Macan Tutul
Tumbuhan : Padi
Kingdom        : Animalia
Filum              : Chordata
Kelas              : Mammalia
Ordo               : Carnivora
Family            : Felidae
Genus             : Panthera
Spesies           : Panthera Pardus

(Campbell, 2008 : 537)
Kingdom          : Plantae
Divisio             : Spermatophyta
Sub Divisio      : Angiospermae
Kelas                : Monocotyledoneae
Ordo                 : Poales
Famili               : Graminae
Genus               : Oryza Linn
Spesies             : Orzya sativa L.

( Literatur Grist, 1960)

      Perbedaan antara Tumbuhan dan Hewan (Collins, 1999 : 186 )
Tumbuhan
Hewan
Sel dilindungi dinding sel selulosa
Vakuola besar dalam sel berisi cairan sel
Sel besar dengan bentuk tertentu
Gerakan terbatas
Respon terhadap rangsangan rendah
Sel mengandung kloroplas

Fotosintesis
Tidak ada dinding selulosa
Vakuola jika ada, kecil

Sel kecil,bentuk tidak teratur
Gerakan bebas
Respon terhadap rangsangan cepat
Tidak mengandung kloroplas (klorofil)
Harus mendapatkan makanan dari luar


BAB III
PENUTUP
1.1  Kesimpulan
1.      Sejarah klasifikasi dimulai dari tahun 384 SM oleh Aristoteles sampai ditemukannya sistem enam kingdom oleh Carl Woese pada tahun 1977.
2.      Indonesia memiliki flora dan fauna yang khas dan beragam. Keanekaragaman hayati di Indonesia terdiri atas fauna tipe oriental (Asia), tipe peralihan dan tipe Australia, flora dan fauna langka, flora dan fauna endemik dan flora tipe malesiana.
3.      Prinsip-prinsip klasifikasi dipelajari dalam bidang taksonomi. Kegiatan taksonomi yaitu identifikasi, tata nama dan klasifikasi.
4.      Keanekaragaman gen, jenis, dan ekosistem merupakan jenis-jenis keanekargaman hayati. Keanekaragaman gen ditunjukan adanya variasi yang terjadi dalam satu spesies . Keanekaragaman jenis ditunjukan adanya variasi yang terjadi pada berbagai spesies. Keanekaragaman ekosistem ditunjukan adanya berbagai macam ekosistem.
5.      Klasifikasi hewan diambil contoh macan tutul dengan nama ilmiahnya Panthera Pardus dan tumbuhan diambil contoh padi dengan nama ilmiahnya Oryza Sativa L.
1.2  Saran
Kita sebagai manusia dan generasi penerus bangsa sebaiknya memiliki kesadaran dalam menjaga alam dan keanekaragaman hayati. Setelah membaca makalah ini kita juga perlu menyadari pentingnya melestarikan alam, hewan dan tumbuhan yang telah Tuhan anugerahkan bagi kita.




DAFTAR PUSTAKA
Campbell, dkk.2003.Biologi Edisi Kelima-Jilid 2.Jakarta:Penerbit Erlangga.
Campbell, dkk. 2008. Biology Eight Edition. San Fransisco : Pearson Benjamin Cummings
Gem, Collins. 1999. Kamus Saku Biologi. Jakarta: Erlangga.
Jeffrey, C. 1982. An introduction to plant taxonomy2nd ed. Cambridge : Cambridge University Press.
Noorhidayati, Wahidah Arsyad. 2010. Bahan Ajar Biologi Umum. Banjarmasin
Nurhayati, Nunung. 2012. Biologi Berbasis Pendidikan Karakter.
Suandharu, Haru . 2011. OSNBiologi.
Suharno, dkk. 2007. Biologi Jilid 1. Jakarta : Penerbit Erlangga
Wijayani, Suprih. 2013.Biologi. Yogyakarta : Amara Books.