BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar
Belakang
Istilah Biologi lahir
pada zaman peradaban Yunani, bios artinya hidup, sedangkan logos artinya ilmu.
Jadi, pengertian Biologi merupakan ilmu tentang kehidupan, yang sudah berakar
dari dalam diri manusia. Pengetahuan tentang kehidupan mulai dibicarakan sejak
manusia banyak manghadapi masalah, salah satu di antaranya adalah penyakit.
Objek yang dipelajari dalam ilmu biologi adalah makhluk
hidup. Dengan mempelajari kehidupan, dapat terdorong masuk ke dalam
laboratorium guna mengamati lebih dekat lagi bentuk-bentuk kehidupan yang
disebut organisme. Dengan ilmu Biologi kita dapat mengetahui tentang makhluk
hidup yang ada di alam semesta ini.
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar
belakang di atas, dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut.
1.
Bagaimana hubungan
biologi dengan ilmu lain?
2.
Bagaimana
menerangkan dan mengaplikasikan cara-cara ahli biologi bekerja berdasarkan
metode ilmiah ?
3.
Apa
masalah-masalah biologi dalam kehidupan dan alternatif pemecahannya ?
1.3. Ruang Lingkup Masalah
Ruang lingkup hanya
dibatasi pada masalah apa manfaat hubungan biologi dengan ilmu lain, bagaimana
langkah-langkah metode ilmiah yang dilakukan oleh para ahli biologi, bagaimana
cara mengaplikasikan metode oleh para ahli biologi, apa saja contoh masalah biologi
dalam kehidupan.
1.4. Tujuan
Penulisan
Sesuai dengan permasalahan tujuan yang dicapai adalah
sebagai berikut:
1. Menerangkan
hubungan biologi dengan ilmu lain.
2. Menerangkan dan
mengaplikasikan cara-cara ahli biologi bekerja berdasarkan metode ilmiah.
3.Menjelaskan masalah-masalah biologi dalam kehidupan dan
alternatif
pemecahannya.
pemecahannya.
1.5. Metode
Penulisan
Metode yang digunakan
dalam penulisan makalah ini adalah metode kualitatif. Hal tersebut dikarenakan
tidak mengadakan penelitian secara langsung, melainkan hanya melalui beragam sumber
di internet.
BAB II
HUBUNGAN BIOLOGI DENGAN ILMU LAIN
2.1. Kedudukan dan Misi Biologi
Biologi merupakan cabang ilmu pengahuan alam (IPA), bersama-sama dengan Fisika dan Kimia. Sebagai cabang IPA keberadaannya selalu terkait dan tidak bisa dipisahkan dengan cabang ilmu lain. Misalnya dengan Kimia (Biokimia), dengan Fisika (Biofisika), dengan Geologi (Palaentologi) dan lain-lain.
Biologi mempunyai hubungan yang sangat erat dengan kimia.Buktinya ada ilmu yg bernama biokimia.salah satu contoh contoh hubungan kimia dan biologi adalah pada proses fotosintensis. Biologi mempelajari tentang fotosintesis, sedangkan fotosintesis terjadi jika ada zat-zat kimia yang diperlukan.Contoh zat-zat kimia yang diperlukan adalah air, klorofil, dan karbondioksida. Hasil dari fotosintesis pun juga berupa zat-zat kimia yaitu glukosa dan oksigen. Sewaktu makhluk hidup melakukan proses biologi pasti menghasilkan zat-zat kimia.
Fisika dan biologi merupakan dua dari sekian banyak ilmu pengetahuan alam yang ada.Penyatuan dua cabang ilmu ini menghasilkan cabang ilmu biofisika, dan fisika medis.Biofisika mempelajari tentang bagaimana mengaplikasikan hasil temuan bidang fisika terhadap dunia biologis (ilmu penyakit dan penanggulangannya).Sebagai contoh, penggunaan radiasi gamma dan emisi positron sebagai penghambat sel kanker dan pelacak bagian tubuh yang digerogoti kanker.
1. Secara
garis besar, biologi dapat dibagi menjadi dua cabang ilmu, yaitu:Zoologi, yaitu
ilmu yang mempelajari tentang kehidupan hewan di alam semesta ini.
2. Botani,
yaitu ilmu yang mempelajari tentang kehidupan tumbuhan di alam semesta ini.
Ada berbagai cabang ilmu
biologi, yaitu :
1.
Ekologi : Ilmu yang mempelajari interaksi antar
makhluk hidup dan lingkungannya.
2. Morfologi
: Ilmu yang mempelajari bentuk dan struktur makhluk hidup.
3. Sitologi
: Ilmu yang mempelajari susunan dan fungsi sel.
4. Mikrobiologi
: Ilmu yang mempelajari segala aspek kehidupan mikroorganisme.
5. Fisiologi
: Ilmu yang mempelajari sifat faal dan cara kerja dari tubuh suatu organisme.
6. Taksonomi
: Ilmu yang mempelajari klasifikasi atau pengelompokan makhluk hidup.
7. Evolusi
: Ilmu yang mempelajari perubahan dan perkembangan serta hubungan kekerabatan
jenis makhluk hidup.
8. Embriologi
: Ilmu yang mempelajari perkembangan suatu organisme, mulaidari zigot sampai
menjadi dewasa.
9. Genetika
: Ilmu yang mempelajari cara menurunnya sifat pada makhluk hidup.
10. Patologi
: ilmu yang mempelajari tentang seluk beluk penyakit.
2.2. Menerangkan dan mengaplikasikan cara – cara
ahli biologi bekerja berdasarkan metode ilmiah
a)
Observasi
Pengamatan
terhadap objek. Observasi harus di dasarkan pada sebuah teori.
b)
Rumusan masalah
Bagi siswa atau
peneliti pemula, merumuskan masalah penelitian merupakan langkah paling sulit.
Penelitian eksperimen perlu memiliki rumusan masalah, sedangkan penelitian
pengamatan harus memiliki pertanyaan penelitian. Berikut adalah panduan yang
dapat digunakan
Rumusan masalah untuk penelitian eksperimen
:
1.
Rumusan masalah harus mempertanyakan hubungan
antara dua variabel atau lebih.
2.
Rumusan masalah harus dinyatakan secara jelas dan
tidak menimbulkan penafsiran ganda, umumnya dalam bentuk pertanyaan.
3.
Rumusan masalah itu harus dijawab dengan pengamatan,
yaitu rumusan masalah tersebut memungkinkan untuk mengumpulkan data yang
menjawab masalah tersebut.
Pertanyaan penelitian untuk penelitian pengamatan :
1.
Pertanyaan penelitian harus mempertanyakan
karakteristik variabel gejala atau objek yang diamati.
2.
Pertanyaan penelitian harus dinyatakan secara jelas
dan tidak menimbulkan penafsiran ganda.
3.
Pernyataan penelitian harus dapat dijawab secara
empirik atau dengan pengamatan, yaitu pertanyaan penelitian itu memungkinkan
untuk mengumpulkan data yang menjawab pertanyaan tersebut.
Contoh : mengapa tanaman tumbuh kearah sinar matahari ?
c) Perumusan hipotesis
Hipotesis merupakan jawaban sementara
dari rumusan masalah yang diajukan.Hipotesis disusun berdasarkan teori yang
diuraikan pada tinjauan pustaka, sehingga bersifat teoritis. Hipotesis itulah
yang akan dibuktikan kebenarannya melalui data yang akan didapat. Contoh :
Pertumbuhan tanaman dipengaruhi cahaya.
d) Uji eksperimen
Eksperimen dilakukan untuk menguji
kebenaran hipotesis.Biasanya, percobaan dilakukan berulang kali sehingga dapat
ditarik kesimpulan yang baik dan benar.Contoh : sepuluh tanaman diberi
perlakuan penyinaran di salah satu sisi tanaman tersebut.
e) Penarikan kesimpulan
Setelah dilakukan beberapa percobaan,
maka dapat disimpulkan bahwa pertumbuhan tanaman dipengaruhi oleh cahaya.
2.3 Masalah –masalah Biologi dan Alternatif Pemecahannnya
Masalah biologi
dapat terjadi pada tingkat molekul, senyawa, jaringan sampai bioma.
Contoh pada tingkat organ seperti kanker kulit, patah tulang. Pada
tingkat ekosistem, hampir punahnya badak bercula satu, berubahnya sawah menjadi
pemukiman dll.
Pemecahan Masalah Secara Analitis dan Kreatif
Pemecahan masalah
didefinisikan sebagai suatu proses penghilangan perbedaan atau ketidak-sesuaian
yang terjadi antara hasil yang diperoleh dan hasil yang diinginkan (Hunsaker,
2005). Salah satu bagian dari proses pemecahan masalah adalah pengambilan keputusan
(decision making), yang didefinisikan sebagai memilih solusi terbaik dari
sejumlah alternatif yang tersedia (Hunsaker, 2005). Pengambilan keputusan yang
tidak tepat, akan mempengaruhi kualitas hasil dari pemecahan masalah yang
dilakukan. Kemampuan untuk melakukan pemecahan masalah adalah ketrampilan yang
dibutuhkan oleh hampir semua orang dalam setiap aspek kehidupannya.Jarang
sekali seseorang tidak menghadapi masalah dalam kehidupannya
sehari-hari.Pekerjaan seorang manajer, secara khusus, merupakan pekerjaan yang
mengandung unsur pemecahan masalah di dalamnya. Bila tidak ada masalah di dalam
banyak organisasi, mungkin tidak akan muncul kebutuhan untuk mempekerjakan para
manajer. Untuk itulah sulit untuk dapat diterima bila seorang yang tidak
memiliki kompetensi untuk menyelesaikan masalah, menjadi seorang manajer
(Whetten & Cameron, 2002).
Ungkapan di atas
memberikan gambaran yang jelas kepada kita semua bahwa sulit untuk
menghindarkan diri kita dari masalah, karena masalah telah menjadi bagian yang
tidak terpisahkan dalam kehidupan kita, baik kehidupan sosial, maupun kehidupan
profesional kita. Untuk itulah penguasaan atas metode pemecahan masalah menjadi
sangat penting, agar kita terhindar dari tindakan Jump to conclusion, yaitu
proses penarikan kesimpulan terhadap suatu masalah tanpa melalui proses analisa
masalah secara benar, serta didukung oleh bukti-bukti atau informasi yang
akurat. Ada kecenderungan bahwa orang-orang, termasuk para manajer mempunyai
kecenderungan alamiah untuk memilih solusi pertama yang masuk akal yang muncul
dalam benak mereka (March & Simon, 1958; March, 1994; Koopman,
Broekhuijsen, & Weirdsma, 1998).Sayangnya, pilihan pertama yang mereka
ambil seringkali bukanlah solusi terbaik.Secara tipikal, dalam pemecahan
masalah, kebanyakan orang menerapkan solusi yang kurang dapat diterima atau
kurang memuaskan, dibanding solusi yang optimal atau yang ideal (Whetten &
Cameron, 2002).Pemecahan masalah yang tidak optimal ini, bukan tidak mungkin
dapat memunculkan masalah baru yang lebih rumit dibandingkan dengan masalah
awal.Pemecahan masalah dapat
dilakukan melalui dua metode yang berbeda, yaitu analitis dan kreatif. Untuk
dapat memberikan gambaran yang lebih baik tentang pemecahan masalah secara
analitis dan kreatif, serta perbedaan-perbedaan yang ada diantara keduanya,
maka pada bagian berikut, saya akan menjelaskan secara singkat hal tersebut di
atas.
Metode penyelesaian
masalah secara analitis merupakan pendekatan yang cukup terkenal dan digunakan
oleh banyak perusahaan, serta menjadi inti dari gerakan peningkatan kualitas
(quality improvement).Secara luas dapat diterima bahwa untuk meningkatan
kualitas individu dan organisasi, langkah penting yang perlu dilakukan adalah
mempelajari dan menerapkan metode pemecahan masalah secara analitis (Juran,
1988; Ichikawa, 1986; Riley, 1998). Banyak organisasi besar (misalnya : Ford
Motor Company, General Electric, Dana) menghabiskan jutaan Dolar untuk mendidik
para manajer mereka tentang metode pemecahan masalah ini sebagai bagian dari
proses peningkatan kualitas yang ada di organisasi mereka (Whetten &
Cameron, 2002). Pelatihan ini penting agar para manajer dapat berfungsi
efektif, yang salah satu cirinya adalah pada kemampuannya untuk memecahkan
masalah. Hal ini sejalan dengan pendapat dari Hunsaker (2005) yang menyatakan
bahwa manajer yang efektif, seperti halnya Pemimpin Eksekutif Porsche, Wendelin
Wiedeking, mengetahui cara mengumpulkan dan mengevaluasi informasi yang dapat
menerangkan tentang masalah yang terjadi, mengetahui manfaatnya bila kita memiliki
lebih dari satu alternatif pemecahan masalah, dan memberikan bobot kepada semua
implikasi yang dapat terjadi dari sebuah rencana, sebelum menerapkan rencana
yang bersangkutan.
A. Definisikan Masalah
Langkah pertama yang
perlu dilakukan dengan metode analitis adalah mendefinisikan masalah yang
terjadi.Pada tahap ini, kita perlu melakukan diagnosis terhadap sebuah situasi,
peristiwa atau kejadian, untuk memfokuskan perhatian kita pada masalah
sebenarnya, dan bukan pada gejala-gejala yang muncul. Sebagai contoh : Seorang
manajer yang mempunyai masalah dengan staf-nya yang kerapkali tidak dapat
menyelesaikan pekerjaannya pada waktu yang telah ditentukan. Masalah ini bisa
terjadi karena, cara kerja yang lambat dari staf yang bersangkutan. Cara kerja
yang lambat, bisa saja hanya sebuah gejala dari permasalahan yang lebih
mendasar lagi, seperti misalnya masalah kesehatan, moral kerja yang rendah,
kurangnya pelatihan atau kurang efektifnya proses kepemimpinan yang ada. Agar
kita dapat memfokuskan perhatian kita pada masalah sebenarnya, dan bukan pada
gejala-gejala yang muncul, maka dalam proses mendefiniskan suatu masalah,
diperlukan upaya untuk mencari informasi yang diperlukan sebanyak-banyaknya,
agar masalah dapat didefinisikan dengan tepat.
Berikut ini adalah beberapa
karakteristik dari pendefinisian masalah yang baik:
- Fakta dipisahkan dari opini atau spekulasi. Data objektif dipisahkan dari persepsi.
- Semua pihak yang terlibat diperlakukan sebagai sumber informasi
- Masalah harus dinyatakan secara eksplisit/tegas. Hal ini seringkali dapat menghindarkan kita dari pembuatan definisi yang tidak jelas.
- Definisi yang dibuat harus menyatakan dengan jelas adanya ketidak-sesuaian antara standar atau harapan yang telah ditetapkan sebelumnya dan kenyataan yang terjadi.
- Definisi yang dibuat harus menyatakan dengan jelas, pihak-pihak yang terkait atau berkepentingan dengan terjadinya masalah.
- Definisi yang dibuat bukanlah seperti sebuah solusi yang samar. Contoh: Masalah yang kita hadapi adalah melatih staf yang bekerja lamban.
B. Alternatif Pemecahan Masalah.
Langkah kedua yang perlu
kita lakukan adalah membuat alternatif penyelesaian masalah.Pada tahap ini,
kita diharapkan dapat menunda untuk memilih hanya satu solusi, sebelum
alternatif solusi-solusi yang ada diusulkan. Penelitian-penelitian yang pernah
dilakukan dalam kaitannya dengan pemecahan masalah (contohnya oleh March, 1999)
mendukung pandangan bahwa kualitas solusi-solusi yang dihasilkan akan lebih
baik bila mempertimbangkan berbagai alternatif (Whetten & Cameron, 2002).
Berikut adalah karakteristik-karakteristik dari pembuatan alternatif masalah
yang baik:
·
Semua alternatif yang ada sebaiknya diusulkan
dan dikemukakan terlebih dahulu sebelum kemudian dilakukannya evaluasi terhadap
mereka.
·
Alternatif-alternatif yang ada, diusulkan oleh
semua orang yang terlibat dalam penyelesaian masalah. Semakin banyaknya orang
yang mengusulkan alternatif, dapat meningkatkan kualitas solusi dan penerimaaan
kelompok.
·
Alternatif-alternatif yang diusulkan harus
sejalan dengan tujuan atau kebijakan organisasi. Kritik dapat menjadi
penghambat baik terhadap proses organisasi maupun proses pembuatan alternatif
pemecahan masalah.
·
Alternatif-alternatif yang diusulkan perlu
mempertimbangkan konsekuensi yang muncul dalam jangka pendek, maupun jangka
panjang.
·
Alternatif-alternatif yang ada saling melengkapi
satu dengan lainnya. Gagasan yang kurang menarik, bisa menjadi gagasan yang
menarik bila dikombinasikan dengan gagasan-gagasan lainnya. Contoh :
Pengurangan jumlah tenaga kerja, namun kepada karyawan yang terkena dampak
diberikan paket kompensasi yang menarik.
·
Alternatif-alternatif yang diusulkan harus dapat
menyelesaikan masalah yang telah didefinisikan dengan baik. Masalah lainnya
yang muncul, mungkin juga penting. Namun dapat diabaikan bila, tidak secara
langsung mempengaruhi pemecahan masalah utama yang sedang terjadi.
C. Evaluasi Alternatif-Alternatif Pemecahan Masalah
Langkah ketiga dalam
proses pemecahan masalah adalah melakukan evaluasi terhadap alternatif-alternatif
yang diusulkan atau tersedia. Dalam tahap ini , kita perlu berhati-hati dalam
memberikan bobot terhadap keuntungan dan kerugian dari masing-masing alternatif
yang ada, sebelum membuat pilihan akhir. Seorang yang terampil dalam melakukan
pemecahan masalah, akan memastikan bahwa dalam memilih alternatif-alternatif
yang ada dinilai berdasarkan:
·
Tingkat kemungkinannya untuk dapat menyelesaikan
masalah tanpa menyebabkan terjadinya masalah lain yang tidak diperkirakan
sebelumnya.
·
Tingkat penerimaan dari semua orang yang
terlibat di dalamnya.
·
Tingkat kemungkinan penerapannya.
·
Tingkat kesesuaiannya dengan batasan-batasan
yang ada di dalam organisasi; misalnya budget, kebijakan perusahaan, dll.
Berikut adalah karakteristik-karakteristik dari evaluasi alternatif-alternatif
pemecahan masalah yang baik:
·
Alternatif-alternatif yang ada dinilai secara
relatif berdasarkan suatu standar yang optimal, dan bukan sekedar standar yang
memuaskan.
·
penilaian terhadap alternative-alternatif yang
ada dilakukan secara sistematis, sehingga semua alternatif yang diusulkan akan
dipertimbangkan.
·
Alternatif-alternatif yang ada dinilai
berdasarkan kesesuaiannya dengan tujuan organisasi dan mempertimbangkan
preferensi dari orang-orang yang terlibat didalamnya.
·
Alternatif-alternatif yang ada dinilai
berdasarkan dampak yang mungkin ditimbulkannya, baik secara langsung, maupun
tidak langsung
·
Alternatif yang paling dipilih dinyatakan secara
eksplisit/tegas.
D. Terapkan Solusi dan Tindak- Lanjuti
Langkah terakhir dari
metode ini adalah menerapkan dan menindak-lanjuti solusi yang telah
diambil.Dalam upaya menerapkan berbagai solusi terhadap suatu masalah, kita
perlu lebih sensitif terhadap kemungkinan terjadinya resistensi dari
orang-orang yang mungkin terkena dampak dari penerapan tersebut.Hampir pada
semua perubahan, terjadi resistensi. Karena itulah seorang yang piawai dalam
melakukan pemecahan masalah akan secara hati-hati memilih strategi yang akan
meningkatkan kemungkinan penerimaan terhadap solusi pemecahan masalah oleh orang-orang
yang terkena dampak dan kemungkinan penerapan sepenuhnya dari solusi yang
bersangkutan (Whetten & Cameron, 2002). Berikut adalah karakteristik dari
penerapan dan langkah tindak lanjut yang efektif:
·
Penerapan solusi dilakukan pada saat yang tepat
dan dalam urutan yang benar. Penerapan tidak mengabaikan faktor-faktor yang
membatasi dan tidak akan terjadi sebelum tahap 1, 2, dan 3 dalam proses
pemecahan masalah dilakukan.
·
Penerapan solusi dilakukan dengan menggunakan
strategi "sedikit-demi sedikit" dengan tujuan untuk meminimalkan
terjadinya resistensi dan meningkatkan dukungan.
·
Proses penerapan solusi meliputi juga proses
pemberian umpan balik. Berhasil tidaknya penerapan solusi, harus
dikomunikasikan , sehingga terjadi proses pertukaran informasi.
·
Keterlibatan dari orang-orang yang akan terkena
dampak dari penerapan solusi dianjurkan dengan tujuan untuk membangun dukungan
dan komitmen.
·
Adanya sistim monitoring yang dapat memantau
penerapan solusi secara berkesinambungan. Dampak jangka pendek, maupun jangka
panjang diukur.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1. Kedudukan dan misi biologi serta hubungan
ilmu biologi dengan ilmu lain yaitu sebagai cabang IPA yang keberadaannya
selalu terkait dan tidak bisa dipisahkan dengan cabang ilmu lain. Misalnya
dengan kimia (Biokimia) , dengan fisika (Biofisika) , dengan geologi
(Palaentologi).
2. Para ahli biologi bekerja berdasarkan
metode ilmiah, metode ilmiah tersebut yaitu : perumusan
masalah – penyusunan hipotesis – eksperimen – penarikan simpulan
3. Masalah biologi dan alternatif
pemecahannya antara lain :
1.
Masalah biologi dapat terjadi pada tingkat
molekul, senyawa, jaringan sampai bioma. Contoh pada tingkat organ
seperti kanker kulit, patah tulang. Pada tingkat ekosistem, hampir
punahnya badak bercula satu, berubahnya sawah menjadi pemukiman dll.
2. salah satu cara pemecahan masalah
adalah dengan metode analitis, langkah-langkah dalam metode analitis adlah : Langkah
pertama yang perlu dilakukan dengan metode analitis adalah mendefinisikan
masalah yang terjadi, Langkah kedua yang perlu kita lakukan adalah membuat
alternatif penyelesaian masalah, Langkah ketiga dalam proses pemecahan masalah
adalah melakukan evaluasi terhadap alternatif-alternatif yang diusulkan atau
tersedia, Langkah terakhir dari metode ini adalah menerapkan dan
menindak-lanjuti solusi yang telah diambil. Dalam upaya menerapkan berbagai
solusi terhadap suatu masalah
3.2 Saran
Saran kami adalah, sebaiknya sebelum bekerja pada
bidang biologi seseorang harus belajar tentang ilmu lain yang berhubungan
dengan biologi. Kemudian harus menerapkan metode ilmiah sesuai dengan apa yang
dilakukan para ahli biologi agar permasalahan biologi dapat dipecahkan.
DAFTAR PUSTAKA
Agromedia. 2010. Dasar-dasar Biologi Umum.
Jakarta. PT. Agromedia Pustaka.
Campbell. N, A.,
Reece, J.B., dan Mitchell, L. G, 2003.Biologi
Jilid 1
(Terjemahan Wasmen
Manalu). Erlangga. Jakarta.
Noorhidayati., 2010.Bahan Ajar Biologi Umum.
Sutanto, A., Triyono, A., Suryono, B.C., Purjiyanta,
E., dan Subagiya, 2007. Ipa Terpadu. Erlangga. Jakarta.
Srikini.Dkk, 2004.Buku Penuntun Biologi jilid 1.
Erlangga Jakarta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar