BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Anda tentu pernah memakan tempe, roti, atau keju, bukan?
Bagaimana dengan yoghurt, apakah Anda mengenalnya? Jika jawaban Anda adalah
''ya'', berarti Anda telah menggunakan beberapa produk hasil bioteknologi.
Sumber: Image.google.co.id
Gambar: Yoghurt dalam
kemasan
Bioteknologi menggunakan
makhluk hidup, pada umumnya berupa mikroorganisme (bakteri dan jamur), untuk
menghasilkan produk yang bermanfaat bagi manusia. Walaupun terdengar sebagai
sesuatu yang sangat baru, bioteknologi sebenarnya sudah digunakan dalam
berbagai proses pada zaman dahulu. Misalnya, penggunaan ragi untuk
mengembangkan dan membuat adonan roti serta pembuatan keju dan minuman
beralkohol adalah merupakan salah satu contoh penerapan bioteknologi. Akan
tetapi, bioteknologi yang digunakan masih bioteknologi sederhana atau
konvensional. Bioteknologi terus berkembang seiring dengan berkembangnya ilmu
pengetahuan dan teknologi. Istilah bioteknologi modern pun muncul sebagai
respons dari cepatnya perkembangan bioteknologi. Kloning dan tanaman transgenik
merupakan contoh produk bioteknologi modern. Bioteknologi tercipta karena
dorongan kebutuhan manusia yang semakin meningkat. Berbagai usaha telah
dilakukan manusia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Hal ini tidak hanya
terjadi pada bidang pertanian dalam memenuhi kebutuhan pangan saja, tetapi juga
dalam bidang-bidang lainnya.
B.
Rumusan
Masalah
1. Bagaimana
dasar-dasar bioteknologi?
2. Bagaimana
perkembangan bioteknologi?
3. Apa
saja peranan bioteknologi dalam kehidupan?
C.
Tujuan
Penulisan
1. Mampu
menjelaskan apa saja dasar-dasar bioteknologi.
2. Mampu
menjelakan bagaimana perkembangan bioteknologi dari masa ke masa.
3. Mampu
menjelaskan bagaimana penerapan bioteknologi dalam kehidupan.
D.
Manfaat
Penulisan
Makalah
ini dibuat sebagai acuan atau panduan untuk para pembaca dan juga mahasiswa
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan dalam proses pembelajaran baik di sekolah
maupun di luar sekolah.
E.
Metode
Penulisan
Metode
yang kami gunakan dalam penulisan makalah ini adalah diskriftif dan studi
kepustakaan atau bersifat kajian pustaka (library research).
BAB II
PENGANTAR BIOTEKNOLOGI
A. Dasar-dasar Bioteknologi
1. Pengertian
Bioteknologi
Bioteknologi dari asal katanya
sendiri, yaitu bio artinya
hidup atau organisme hidup dan kata teknologi artinya suatu cara
atau teknik. Kata bioteknologi mulai muncul pada tahun 1917 dari seorang ilmuan
asal Hungaria yang bernama Karl Ereky untuk menjelaskan penggunaan gula bit
hasil fermentasi sebagai pakan ternak babi. Pemberian gula bit dapat meningkatkan
produksi ternak babi. Cara ini, disebut bioteknologi karena menggunakan gula
bit dari hasil fermentasi. Namun pada saat itu, orang belum tertarik untuk
memahami istilah bioteknologi. (Fahruddin, 2010: Hal 13)
Baru pada tahun 1961 Carl Goran Heden ahli
mikrobiologi menerbitkan jurnal ilmiah Biotechnology and Bioengineering,
banyak mempublikasikan hasil-hasil penelitiannya dalam jurnal tersebut yaitu
mengenai pemenfaatan jazad hidup dalam mengahasilkan berbagai bahan untuk
kebutuhan manusia, kemudian muncul definisi bioteknologi yang diartikan sebagai
pemanfaatan jazad hidup dalam industri untuk menghasilkan barang dan jasa.
(Bioteknologi Lingkungan Fahruddin, 2010: Hal 13)
Pada prinsipnya definisi tentang bioteknologi pada
umumnya mengkaitkan pada kegiatan mikroba, sistem dan proses biologi, dengan
produksi barang dan jasa atau yang mengkaitkan aktivitas biologis dengan proses
tehnik dan produksi dalam industri. Untuk lebih ringkasnya bioteknologi adalah
ilmu terapan biologi yang melibatkan disiplin ilmu mikrobiologi, biokimia, dan
rekayasa genetika untuk menghasilkan produk dan jasa. Organisme yang digunakan
dalam bioteknologi paling sering adalah mikroba seperti bakteri, kapang dan yeast
(ragi). (Fahruddin, 2010: Hal 13)
2. Jenis-jenis
Bioteknologi
Bioteknologi dibedakan menjadi bioteknologi
konvesional dan bioteknologi modern.
a. Bioteknologi
Tradisional dan Konvesional
Aplikasi bioteknologi secara tradisonil, yaitu
bioteknologi yang belum mengenal adanya istilah genetika dan kloning.
Bioteknologi ini seperti yang telah dicontohkan di atas, adalah berupa
pemanfaatan mikroba dalam fermentasi, seleksi atau persilangan tradisional
dibidang pertanian dan peternakan untuk mencari bibit unggul. Selain
pemanfaatan mikroba dengan menghasilkan produk, bioteknologi tradisinal juga
termasuk dalam tehnik seleksi di bidang pertanian dan peternakan : yaitu
pemilihan sifat yang sesuai dengan keinginan manusia melalui hibridisasi dengan tujuan memperbaiki keturunan (Fahruddin,
2010: Hal 14).
Prinsip bioteknologi konvensional pada dasarnya
untuk pemenuhan kebutuhan dalam jumlah yang banyak dengan menggunakan metode
tebaru untuk mengembangkan produk (Fahruddin, 2010: Hal 14).
b. Bioteknologi
Modern
Prinsip bioteknologi modern lebih banyak
menggunakan sumber genetik yakni DNA organism yang telah dimanipulasi dan
disebut rekayasa genitika. Bioteknologi modern juga disebut bioteknologi
generasi kedua, berkembang setelah perang Dunia Kedua dengan memanfaatkan
organisme hasil rekayasa genetika, agar proses pengubahan dapat berlangsung
secara lebih efiesien dan efekti. Secara sederhana rekayasa genetika dapat
diterangkan sebagai tehnik untuk menghasilkan molekul DNA yang berisi gen baru
sesuai yang diinginkan dengan mengubah atau menambah molekul DNA pada gen (Fahruddin,
2010: Hal 15).
Prinsip dasar rekayasa genitika sebagai berikut.
1)
DNA
Rekombinan
Teknik DNA rrekombinan dilakukan dengan pengubahan
susunan DNA sehingga diperoleh susunan DNA baru yang mampu mengekspresikan
sifat-sifat yang diinginkan. Teknik ini digunakan untuk menghasilkan organism
transgenik. Proses DNA rekombinan ini meliputi isolasi DNA, transplantasi gen
atau DNA, dan memasukkan DNA ke dalam sel hidup (Kusumawati, 2012: 171).
2)
Fusi Protoplasma
Fusi protoplasma disebut juga teknologi hibrodoma
yang dilakukan dengan menggabungkan dua sel dari jaringan yang sama atau dua
sel dari organism yang berbeda dalam suatu medan listrik. Teknik ini diguakan
untuk menghasilkan organisme transgenik. Prinsip dari fusi protoplasma adalah
menggabungkan kedua isi sel dengan terlebih dahulu menghilangkan dinding sel
atau membrane sel dari kedua sel yang akan digabungkan dalam suatu medan
listrik. Teknik ini dapat dilakukan pada sel tumbuhan maupun hewan (Kusumawati,
2012: 173).
3)
Kultur
Jaringan
Kultur jaringan merupakan teknik perbanyakan
tanaman secra vegetative buatan yang didasarkan pada sifat totipotensi
tumbuhan. Prinsip kultur jaringan dalah menumbuhkan jaringan maupun sel
tumbuhan dalam suatu media buatan secara antiseptic. Dalam teori tersebut
dikatakan bahwa setiap sel tumbuhan mempunyai kemampuan untuk tumbuh menjadi
individu baru apabila sitempatkan pada lingkungan yang sesuai. Sifat individu
baru yang dihasilkan sama persis dengan sifat induknya (Kusumawati, 2012: 173).
Bagian tumbuhan yang
ditumbuhkan dalam media kultur disebut eksplan. Eksplan yang sering digunakan
merupakan bagian tumbuhan yang memiliki sel-sel yang aktif membelah seperti
ujung akar dann ujung batang. Potongan bagian tumbuhan yang ditanam pada media
kultur akan tumbuh membentuk kalus. Kalus merupakan massa sel yang belum
terdiferensiasi. Kalus tersebut akan berkembang menjadi tanaman lengkap uyang
disebut plantlet (Kusumawati, 2012: 173).
Media kultur jaringan
yang digunakan biasanya berupa gar-agar yang ditambah dengan unsur hara dan
vitamin yang dibutuhankan oleh tumbuhan media tersebut juga dapat ditambah
dengan hormon pertumbuhan, misalnya auksin dan sitokinin. Auksin akan memicu
pertumbuhan akar, sedang sitokinin akan memicu pertumbuhan tunas. Komposisi
kultur jaringan tergantung pada spesies tumbuhan yang akan diperbanyak
(Kusumawati, 2012: 173).
4)
Kloning
Kloning atau transplantasi atau pencangkokan
nukleus digunakan untuk menghasilkan individu yang secara genetic identik
dengan induknya. Proses kloning dilakukan dengan cara memasukkan inti sel donor
ke dalam sel telur yang telah dihilangkan inti selnya. Selanjutnya, sel telur
tersebut diberi kejutan listrik atau zat kimia untuk memacu pembelahan sel.
Ketika klon embrio telah mencapai tahap yang sesuai, embrio dimasukkan ke dalam
rahim hewan betina lainnya yang sejenis. Hewan tersebut selanjunya akan
mengandung embrio yang ditanam dan melahirkan anak hasil kloning. Contoh hewan
hasil kloning adalah domba Dolly (Kusumawati, 2012: 174).
Sumber: Encarta Library 2005
Gambart Domba hasil kloning
5)
Teknik Bayi
Tabung
Teknik bayi tabung bertujuan untuk membantu
pasangan suami istri yang sulit memperoleh keturunan. Pasangan suami istri
tersebut sebenarnya mampu menghasilkan sel kelamin secara normal. Namun, karena
adanya faktor-faktor tertentu mengakibatkan proses pembuahan tidak dapat
menjadi misal tersumbatnya saluran telur (Kusumawati, 2012: 175).
Pembuahan yang
dilakukan pada teknik bayi tabung (fertilisasi in vitro) berada di luar
tubuh induk betina. Sel telur yang telah dibuahi akan membentuk embrio. Embrio
kemudian ditanam (diimplantasi) pada rahim pendonor. Embrio tersebut
selanjutnya tumbuh menjadi anak yang siap dilahirkan (Kusumawati, 2012: 175).
B. Perkembangan Bioteknologi
Bioteknologi, dari awal penerapannya sampai dengan
tahun 1857, disebut era bioteknologi
non-mikrobiol. Karena pada masa itu belum diketahui kalau fermentasi
dilakukan oleh makhluk hidup. Produk lain dari bioteknologi non-mikrobiol
antara lain: anggur, bir, roti, keju, yoghurt, susu masam, sake, dan sebagainya
(Sutarno, 2000: 7.6).
Bioteknologi dimensi baru (bioteknologi mikrobiol dimulai sejak tahun 1957 setelah Louis
Pasteur mengetahui kalau fermentasi, merupakan proses yang dilakukan oleh
makhluk hidup (Lee, 1983). Produk hasil fermentasi bioteknologi era mikrobiol
antara lain: tembakau, teh dan coklat yang difermentasikan (Sutarno, 2000: 7.5).
Pada tahun 1920, proses fermentasi yang ditimbulkan
oleh mikroorganisme mulai digunakan untuk memproduksi zat-zat seperti aseton,
butanol, etanol dan gliserin. Feremtasi juga digunakan untuk memproduksi asam
laktat dan asam asetat (Apeldoorn,1981).
Setelah Perang Dunia II, dihasilkan produk bioteknologi
lain yaitu penisilin, dan diikuti oleh peningkatan penelitian mikroorganisme
lain yang juga dapat menghasilkan antibiotik dan zat-zat lain seperti vitamin,
steroid, enzim, dan asam amino (Sutarno, 2000: 7.5).
Produksi antibiotik membawa serta perbaikan di
bidang teknologi fermentasi, karena dapat menciptakan kondisi suci hama, dalam
arti mampu mengendalikan lingkungan fermentasi sedemikian rupa, sehingga dalam
lingkungan fermentasi tidak ada jenis mikroba lain selain mikroba yang
digunakan untuk fermentasi itu. Dengan demikian, mikroba tersebut dapat tumbuh
subur dan menghasilkan antibiotik secara optimum (Rehm, 1981).
Perkembangan yang pesat di bidang biologi molekuler
dan biologi seluler dalam beberapa dasawarsa terakhir ini, sepenuhnya menjadi
dasar ilmiah utama untuk perkembangan teknologi mutakhir. Teknologi enzim dan
rekayasa genetic mengantarkan ke suatu bioteknologi dimensi baru, yang
berkembang dengan sangat pesat. Era ini kemudian disebut era bioteknologi modern, sedangkan dua era sebelumnya sering
disebut sebagai era bioteknologi tradisional (Apeldoorn, 1981).
Penemuaan rekayasa genetika melalui teknologi
rekombinan DNA (deoxyribose nucleic acid = asam deoksiribonukleat/ADN, yang
terjadi pada tahun 1973 bertanggung jawab atas terjdinya perkembangan
bioteknologi yang demikian pesat. Teknik ini tidak hanya memberikan harapan
dapat disempurnakannya proses proses dan produk saat ini, tetapi diharapkan
juga mampu mengembangkan produk baru yang sebelumnya (dalam bioteknologi
tradisional) diperkirakan tidak mungkin dibuat dan memudahkan realisasi
proses-proses lain yang baru pula (Sutarno, 2000: 7.6).
Tidak perlu diragukan bahwa teknologi rekombinan ADN
merupakan penyebab utama ketenaran bioteknologi pada saat ini. selain itu,
harus ditekankan bahwa teknologi rekombinan juga merupakan hal yang sangat
penting untuk perkembangan aktivitas dalam bidang lain yang esensial dan juga
untuk perkembangan bioteknologi. Subjek paling penting yang dipengaruhi oleh
perkembangan teknologi rekombinan ADN dalam bidang bokatalisator meliputi
isolasi, imobilisasi dan stabilisasi enzim, serta mobilisasi dan stabilisasi
mikro organism sebagai makhluk dan sebagai sel individual. Teknologi rekombinan
ADN juga berpengaruh dalam bidang imunologi, terutama dalam pembuatan antibodi
monoklonal, dalam teknologi fermentasi, dalam produksi, pengolahan limbah dan
bioelektrokimia (Sutarno,2000: 7.6).
C. Penerapan Bioteknologi dalam
Kehidupan
1. Pangan
Beberapa contoh bioteknologi tradisional di bidang pangan
misalnya, tempe dibuat dari kedelai menggunakan jamur Rhizopus, tape
dibuat dari ketela pohon dengan menggunakan Khamir Saccharomyces cereviceae,
keju dan yoghurt dibuat dari susu sapi dengan menggunakan bakteri Lactobacillus.
(Rachmawati, 2009: Hal 154)
Sumber: Image.google.co.id
Gambar : Contoh
bioteknologi di bidang pangan
2. Bidang
Pertanian dan Perternakan
Beberapa contoh aplikasi bioteknologi modern dibidang pertanian sebagai
berikut.
a.
Padi
Transgenik
Teknologi DNA rekombinan dapat dimanfaatkan untuk memperoleh tanaman padi
transgenik. Contoh tanaman padi rojolele transgenik yang mampu mengekspresikan
laktoferin dan tanaman padi yang tahan terhadap cuaca dingin. Untuk mendapatkan
tanaman padi yang tahan terhadap cuaca dingin caranya dengan memasukkan gen
tahan dingin dari hewan yang hidup di tempat dingin ke dalam kromosom padi
(Kusumawati, 2012: 179).
b.
Tembakau
resistan terhadap virus
Teknologi DNA rekombinan juga dapat dimanfaatkan untuk memperoleh tanaman
tembakau yang tahan tehadap virus TMV (Tobacco Mozaic Virus). Teknologi
tersebut dikembangkan oleh Beachy, seorang ilmuan dari Universitas Washington
(AS). Plasmid Ti digabung dengan gen yang tahan terhadap penyakit TMV, kemudian
dimasukkan ke dalam kromosom tembakau. Kromosom tersebut kemudian diperbanyak
melalui teknik kultur jaringan. Hasil akhirnya adalah tanaman tembakau tahan
terhadap infeksi virus TMV (Kusumawati, 2012: 179).
c.
Bunga Antilayu
dan Buah Tahan Busuk
Hormon pertumbuahan yang mengakibatkan bunga menjadi layu adalah etilen.
Kelayuan pada bunga terjadi akibat adanya gen yang sensitif pada mahkota bunga.
Jika gen tersebut diganti dengan gen yang kurang sensitif, kelayuan pada bunga
dapat ditunda. Dengan metode ini telah dikembangkan anyelir transgenik yang
mampu bertahan segar selama 3 minggu. Sementara itu, anyelir normal hanya mampu
bertahan selama 3 hari saja (Kusumawati, 2012: 179).
Hormon etilen juga merangsang pematangan buah. Jika aktivitas gen
penghasil etilen dapat dihambat melalui rekayasa genetika maka buah akan tetap
segar dalam waktu lama. Contohnya pada tomat Flavr Svr yang tahan busuk (Kusumawati, 2012: 179).
d.
Tanaman Kapas
Antiserangga
Tanaman kapas trasngenik antiserangga diperoleh dengan memasukkan gen
delta endotioksin Bacillus thuringiensis kedalam
tanaman kapas melalui teknik DNA rekombinan. Selanjutnya, tanaman tersebut akan
memproduksi protein delta endotoksin. Protein ini akan bereaksi dengan enzim
yang diproduksi oleh lambung serangga. Reaksi ini mengubah enzim tersebut
menjadi racun. Dengan demikian, serangga yang memakan tanaman tersebut akan
mengalami keracunan kemudian mati (Kusumawati, 2012: 179).
Adapun contoh pemanfaatan bioteknologi dalam bidang peternakan di
antaranya sebagai berikut.
a.
Sapi Perah
dengan Hormon Manusia
Teknologi DNA rekombinan mampu menyisipkan gen laktoferin pada manusia
yang memproduksi HLF (Human Lactoferin) pada sapi perah. Dengan penyisipan ini
akan dihasilkan sapi yang mampu memproduksi susu yang mengandung laktoferin.
Contohnya sapi Herman (Kusumawati, 2012: 180).
b. Bovin
Somatotropin (BST)
Teknologi ini dilakukan
dengan menyisipkan gen somatotropin sapi pada plasmid. Escherichia coli untuk
menghasilkan BST. BST yang ditambahkan pada makanan ternak dapat meningkatkan
produksi daging dan susu ternak (Kusumawati,
2012: 180).
3. Bidang
Kedokteran
a.
Antibiotik
Pembuatan antibiotik termaksud penerapan bioteknologi konvensional.
Antibiotik adalah senyawa yang dihasilkan oleh mikroorganisme yang dimanfaatkan
sebagai penghasil antibiotik di antaranya sebagai berikut.
1)
Jamur Cephalosporium sp. Menghasilkan
antibiotik sefalosporin untuk membunuh bakteri yang kebal terhadap antibiotik
penisilin.
2)
Bakteri Streptomyces griseus menghasilkan
antibiotik streptomisin untuk membunuh bakteri yang kebal terhadap antibiotik
penisilin dan sefalosporin.
3)
Bakteri Penicillium notatum dan Penicillium chrysogenum menghasilkan
antibiotik penisilin untuk melawan infeksi yang disebabkan oleh bakteri Staphylococcus (Kusumawati, 2012: 180).
b.
Insulin
Insulin merupakan hormon yang diproduksi oleh kelenjar pancreas dan
berfungsi mengatur kadar gula dalam darah. Melalui teknik rekayasa genitika,
insulin dapat diproduksi dalam jumlah banyak. Produksi insulin dibuat dengan
mencangkokkan gen yang mengkode insulin ke dalam plasmid bakteri. Bakteri
dengan DNA rekombinan ini kemudian membelah diri. Bakteri ini selanjutnya akan
memproduksi insulin yang dibutuhkan. Penyakit yang disebabkan oleh kekurangan
insulin disebut diabetes mellitus. Penyakit ini dapat diatasi dengan memberikan
insulin ke dalam tubuh. Oleh karena itu, insulin diperoleh dengan mengambil
kelenjar pancreas dari hewan untuk keperluan pengobatan diabetes melitus
(Kusumawati, 2012: 180).
Sumber: Ilustrasi Haryana
Gambar: Pembuatan insulin pada manusia
c.
Vaksin
Transgenik
Vaksin adalah siapan antigen yang dimasukkan ke dalam tubuh untuk memicu
terbentuknya sistem kekebalan tubuh. Pembuatan vaksin dilakukan melalui teknik
DNA rekombinan dengan mengisolasi gen yang mengkode senyawa penyebab penyakit
(antigen) dari mikrobia yang bersangkutan. Gen tersebut kemudian disisipkan
pada plasmid mikrobia yang telah dilemahkan sehingga mikrobia ini menjadi tidak
berbahaya karena telah dihilangkan bagian yang menimbulkan penyakit, misal
lapisan lendirnya. Mikrobia yang disisipi gen tersebut akan membentuk antigen murni.
Mikrobia ini dapat dibiakkan dalam media kultur sehingga terbentuk antigen
murni dalam jumlah yang banyak. Apabila antigen ini disuntikkan kepada manusia,
sistem kekebalan tubuh akan membentuk antibody yang berfungasi melawan antigen
yang masuk ke dalam tubuh (Kusumawati, 2012: 181).
d.
Antibodi
Monoklonal
Bioteknologi pembuatan antibody monoclonal menggunkan prinsip fusi
protoplasma. Fusi protoplasma dilakukan dengan menggabungkan dua sel dari
jaringan yang sama atau dari dua sel dari organism yang berbeda dalam suatu
medan listrik. Fusi tersebut menghasilkan sel-sel yang dapat menghasilkan
antibodi sekaligus memperbanyak diri secara terus-menerus seperti sel kanker
yang dinamakan antibodi monoklonal (Kusumawati, 2012: 182).
Pembuatan antibodi monoklonal dapat dijelaskan sebgai berikut. Kelinci
atau tikus terlebih dahulu disuntik dengan antigen kemudian diambil limpanya
(temat pembuatan limposit B). Sel-sel limfosit B inin kemudian didifusikan
dengan sel myeloma (sel kanker) melalui elektrofusi. Elektofusi adalah fusi
secara elektris dengan frekuensi tinggi yang mengakibatkan sel-sel tertarik
satu sama lain dan akhirnya bergabung. Sel-sel hasil fusi kemudian diseleksi
untuk diidentifikasi. Sel-sel yang telah diseleksi kemudian diinjeksi ke tubuh
hewan. Dalam tubuh hewan, sel-sel gabungan tersebut akan membentuk antibodi.
Sel gabungan tersebut juga dapat dibiakkan
di dalam media kultur sehingga menghasilkan antibodi dalam jumlah banyak
(Kusumawati, 2012: 182).
Antibodi monoklonal dapat
digunakan untuk mendeteksi kandungan hormon korionik gonadotropin dalam urine
wanita hamil. Dengan demikian, antibodi monoklonal dapat digunakan untuk
mengetahui adanya kehamilan. Antibodi monoklonal juga dimanfaatkan untuk
deteksi dini dan membunuh sel kanker (Kusumawati, 2012: 182).
e.
Terapi Gen
pada Penderita Fibrosis Sistik
Penderita fibrosis sistik mengalami kesulitan bernafas karena paru-paru
terisi lender. Hal ini disebabkan mutasi gen yang mengakibatkan tidak
terbentuknya alfa-1-antitripsin (ATT). Untuk mengatasi masalah tersebut
dilakukan terapi gen untuk memperbaiki atau mengganti gen-gen penyebab
penyakit. Salah satu cara yang dilakukan adalah dengan mengisolasi gen yang
mengkode ATT dari orang sehat untuk dimasukkan ke dalam DNA virus. Selanjutnya,
virus tersebut diidentifikasi pada paru-paru pasien. Virus akan mentransfer gen
pengode ATT yang dibawa dalam sel paru-paru pasien. Dengan demikia, sel
paru-paru pasien dapat membuat protein ATT dan pasien dapat bernapas dengan
lebih normal (Kusumawati, 2012: 183) .
4. Bidang
Lingkungan
Aplikasi bioteknologi di bidang lingkungan digunakan untuk mengani
pencemaran lingkungan. Pada proses pemurnian logam. Bahan-bahan tambang yang
diperoleh umumnya masih terikat dengan bijihnya (kotoran). Untuk itu diperlukan
bahan kimia untuk memurnikannya. Namun, bahan-bahan kimia tersebut ternyata
kurang efektif dalam memisahkan logam dari bijihnya sehingga banyak sisa bahan
tambang yang kemudian dibuang sebagai limbah. Dengan menggunkan bakteri Thlobacillus ferrooxidans, berbagai
jenis logam dapat diambi dari cairan sisa penambangan. Bakteri ini mampu
mengoksidasi belerang yang mengikat berbagai logam seperti tembaga, seng, dan
uranium membentuk logam sulfida. Bakteri tidak memanfaatkan logam-logam
tersebut sehingga natinya logam akan dilepas ke air dan dimanfaatkan oleh
manusia. Dengan demikian, pencemaran lingkungan akibat limbah penambangan dapat
dikurangi dengan memanfaatkan peran mikroorganisme (Kusumawati, 2012: 183).
Biotenologi juga diterapkan untuk mengatasi pencemaran akibat tumpahan
minyak di laut. Tumpahan minyak tersebut dapat diatasi dengan memanfaatkan
bakteri Pseudomonas putida. Bakteri
tersebut mampu menguraikan ikatan hidrokarbon pada minyak bumi (Kusumawati,
2012: 183).
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Bioteknologi adalah ilmu terapan biologi yang
melibatkan disiplin ilmu mikrobiologi, biokimia, dan rekayasa genetika untuk
menghasilkan produk dan jasa.
2. Bioteknologi dibedakan menjadi bioteknologi
konvesional dan bioteknologi modern.
-
Bioteknologi Tradisional
dan Konvesional
-
Bioteknologi
Modern
3. Perkembangan
bioteknologi
4. Penerapan
bioteknologi
-
Pangan
-
Bidang
Pertanian dan Perternakan
-
Bidang
Kedokteran
-
Bidang
Lingkungan
B. Saran
Bioteknologi
memiliki dampak positif dan negatif. Akan lebih baik jika penggunaan
bioteknologi digunakan secara bijaksana dan semanfaat mungkin tanpa harus
memberikan dampak negatif dilingkungan sekitar. Dan diharapkan dengan semakin
berkembangnya bioteknologi dapat meningkatkan kesejahteraan umat manusia.
BAB IV
DAFTAR PUSTAKA
Campbell, N.A., J.B. Reece, L.A. Urry, M.L. Cain,
S.A. Wasserman, P.V. Minorski & R.B. Jackson. 2010. Biologi (Edisi Kedelapan-Jilid 1).
Jakarta : Erlangga.
Faidah
Rachmawati, Nurul Urifah, dan Ari Wijayati. 2009. Jakarta: Ricardo
Publishing and Printing
Fahruddin. 2010.
Bioteknologi Lingkungan. Bandung:
Alfabeta.
Rohana
Kusumawati, Muhammad Luthfi Hidayat. 2012. Klaten: Intan Pariwara.
Sutarno, Nono.
2000. Biologi Lanjutan Umum II. Jakarta:
Universitas Terbuka.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar